Sejarah
Penyediaan Tenaga Listrik
Energi listrik
adalah salah satu bentuk
energi yang
dapat berubah ke bentuk
energi lainnya.
Sejarah tenaga listrik
berawal pada
januari 1882, ketika
beroperasinya
pusat tenaga listrik yang
pertama di
London Inggris. Kemudian
pada tahun yang
sama, bulan
September juga
beroperasi pusat
tenaga listrik
di New York city, Amerika.
Keduanya
menggunakan arus searah
tegangan rendah,
sehingga belum dapat
mencukupi
kebutuhan kedua kota besar
tersebut, dan
dicari sistem yang lebih
memadai.
Pada tahun 1885
seorang dari prancis
bernama Lucian
Gauland dan John
Gibbs dari
Inggris menjual hak patent
generator arus
bolak-balik kepada
seorang
pengusaha bernama George
Westinghouse.
Selanjutnya dikembangan
generator arus
bolak-balik dengan
tegangan tetap,
pembuatan transformator
dan akhirnya
diperoleh sistem jaringan
arus bolak-balik
sebagai transmisi
dari pembangkit
ke beban/pemakai.
Sejarah
penyediaan tenaga listrik di
Indonesia
dimulai dengan selesai
dibangunnya
pusat tenaga listrik di
Gambir, Jakarta
(Mei 1897), kemudian
di Medan (1899),
Surakarta (1902),
Bandung (1906),
Surabaya (1912), dan
Banjarmasin
(1922).
Pusat-pusat
tenaga listrik ini pada
awalnya
menggunakan tenaga thermis.
Kemudian disusul
dengan pembuatan
pusat-pusat
listrik tenaga air : PLTA
Giringan di
Madiun (1917), PLTA Tes di
Bengkulu (1920),
PLTA Plengan di
Priangan (1922),
PLTA Bengkok dan
PLTA Dago di
Bandung (1923).
Sebelum perang
dunia ke-2, pada
umumnya
pengusahaan listrik di
Indonesia diolah
oleh perusahaanperusahaan
swasta,
diantaranya yang
terbesar adalah
NIGEM (Nederlands
Indische Gas en
Electriciteits
Maatschappij)
yang kemudian menjelma
menjadi OGEM (Overzese
Gas en
Electriciteits
Maatschappij), ANIEM
(Algemene
Nederlands Indhische
Electriciteits
Maatschappij), dan GEBEO
(Gemeen
Schappelijk Electriciteits
Bedrijk Bandung
en Omsheken).
Peranan Tenaga
Listrik
Di pusat pembangkit
tenaga listrik, generator digerakan oleh turbin dari bentuk energi
lainnya antara lain :
dari Air - PLTA; Gas - PLTG; Uap - PLTU; Diesel - PLTD;
Panas Bumi - PLTP;
Nuklir - PLTN.
Energi listrik dari
pusat pembangkitnya disalurkan melalui jaringan transmisi yang
jaraknya relatif jauh
ke pemakai listrik/konsumen.
Konsumen listrik di
Indonesia dengan sumber dari PLN atau Perusahaan swasta
lainnya dapat
dibedakan sebagai berikut :
1. Konsumen Rumah
Tangga
Kebutuhan daya
listrik untuk rumah tangga antara 450VA s.d. 4400VA, secara
umum menggunakan
sistem 1 fasa dengan tegangan rendah 220V / 380V dan
jumlahnya sangat
banyak.
2. Penerangan Jalan
Umum (PJU)
Pada kota-kota besar
penerangan jalan umum sangat diperlukan oleh karena
bebannya berupa lampu
dengan masing-masing daya tiap lampu/tiang antara
50VA s.d. 250VA
bergantung pada jenis jalan yang diterangi, maka sistem yang
digunakan 1 fasa
dengan tegangan rendah 220V / 380V.
3. Konsumen Pabrik
Jumlahnya tidak
sebanyak konsumen rumah tangga, tetapi masing-masing
pabrik dayanya dalam
orde kVA. Penggunaannya untuk pabrik yang kecil masih
menggunakan sistem 1
fasa tegangan rendah (220V / 380V), namun untuk
pabrik-pabrik yang
besar menggunakan sistem 3 fasa dan saluran masuknya
dengan jaringan
tegangan menengah 20kV.
4. Konsumen Komersial
Yang dimaksud
konsumen komersial antara lain stasiun, terminal, KRL (Kereta
Rel Listrik),
hotel-hotel berbintang, rumah sakit besar, kampus, stadion olahraga,
mall, hypermarket,
apartemen. Rata-rata menggunakan sistem 3 fasa, untuk
yang kapasitasnya
kecil dengan tegangan rendah, sedangkan yang
berkapasitas besar
dengan tegangan menengah.